SISTEM DASAR PEKERJAAN SOSIAL
Penulis : Dra. RD. Yani Aryani Setyawati, M.Si
Dalam proses membantu individu,keluarga,kelompok, maupun masyarakat agar mampu melaksanakan keberfungsian sosialnya, maka pekerja sosial menggunakan sistem dasar pekerjaan sosial dalam memberikan pelayanan maupun pemberdayaan sosialnya.Karena dengan sistem dasar ini membantu para pekerja sosial dalam mengidentifikasi dan menganalisis baik permasalahan, kegiatan, ataupun sasarannya dengan cara dipetakan atau digantikan.Oleh karena itu sistem dasar ini biasa disebut sebagai ”tools of identification atau tools of analysis”.
Sistem Dasar dalam pekerjaan sosial, meliputi hakekat sistem dasar,klasifikasi sistem dasar, implikasi sistem dasar, jenis-jenis sistem dasar,tugas sistem dasar dan tujuan yang dicapai oleh sistem-sistem dasar pada praktek pekerjaan sosial.Upaya memetakan sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial sangat penting dan perlu dilakukan oleh pekerja sosial bersama-sama klein dan pihak-pihak lain yang terkait, sehingga muncul istilah Stakeholder Analysis. Hal ini dilakukan karena yang paham dan tahu secara mendetail masalahnya adalah klien itu sendiri dan pihak-pihak lain yang terkait.Dan yang perlu pekerja sosial perhatikan adalah bahwa sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial bersifat Interchangeable atau dapat berubah-ubah posisi statusnya, misalkan klien yang tadinya sebagai sistem klien dapat berubah menjadi sistem sasaran dan sebagainya.
A.Hakekat Sistem Dasar
Para pekerja sosial harus menghadapi berbagai macam orang dalam pelaksanaan perubahan berencana, misalnya pekerja sosial yang bertugas di Pengadilan Anak/Bispa/Binapta.Dimana pekerja sosial harus menghadapi anak-anak yang dikenakan hukuman bersyarat, dengan keluarganya, sekolahnya, majikan, hakim, jaksa, polisi, orang-orang di Lembaga mana ia bekerja, dan Badan-badan sosial lainnya. Seorang pekerja sosial yang bertugas di Panti Werdha harus menghadapi penghuni, kepala lembaga dan anggota-anggota staf lainnya, kepala keluarga, dokter, pegawai kontor sosial, rumah sakit, tempat-tempat peribadatan, kelompok-kelompok sosiawan atau sekarelawan, dan sumber-sumber kemasyarakatan lainnya.
Pekerja Sosial yang bekerja di suatu lingkungan masyarakat harus menghadapi berbagai kelaurga, orang-orang dari berbagai kelompok umur dan minat, pemilik dan penyewa rumah, pegawai Kotamadya dan Kabupaten, Dinas Kesehatan, tenaga Kerja, serta orang-orang lain dari berbagai lembaga. Pekerja sosial yang bekerja di rumah sakit jiwa atau pusat kesehatan mental harus menghadapi keluarga-keluarga, kelompok-kelompok di masyarakat, lembaga-lembaga penembuh lainnya, dan juga orang-orang sosial.
Jadi Hakekat Sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial dimaksud adalah bahwa setiap pekerja sosial harus menghentikan tujuan dan jenis relasi dalam menghadapi berbagai orang tersebut. Pekerja sosial juga harus mampu memperoleh kejelasan mengenai siapa saja yang akan memperoleh keuntungan dari usaha perubahan yang dilakukannya, siapa yang memberikannya kewenangan untuk melakukan perubahan, siapa yang harus berubah atau dipengaruhi dan dengan siapa saja pekerja social bekerjasama untuk mencapai berbagai tujuan usaha perubahan.
1. Klasifikasi berdasarkan Sistem dasar.
Dalam setiap usaha perubahan, pekerja sosial berusaha menjelaskan tujuan dan relasi-relasinya dengan orang-orang yang dihadapi dengan jalan mengklasifikasikan orang-orang dalam satu dan atau beberapa jenis sistem. Sistem-sistem itu adalah sebagai berikut :
1.Sistem Pelaksana Perubahan; yaitu pekerja sosial dan orang-orang yang menjadi bagian dari badan atau lembaga social yang mempekerjakan pekerja sosial.
2.Sistem Klien ;yaitu orang-orang yang memberikan kewenangan atau meminta pelayanan pekerja sosial, yang sudah menjadi penerima pelayanan dan yang mempunyai persetujuan kerja atau dengan pekerja sosial.
3.Sistem Sasaran ; yaitu orang-orang yang perlu dirubah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh pekerja sosial.
4.Sistem kegiatan ; yaitu pekerja sosial bersama orang-orang yang diajaknya bekerjasama utuk mencapai tujuan dan mempengaruhi sistem sasaran.
2.Implikasi Sistem dasar dalam Praktek pekerjaan Sosial.
Pembagian orang dalam sistem dasar akan sangat membantu pekerja sosial dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Sejumlah Implikasi adanya sistem-sistem terhadap praktek pekerjaan sosial adalah sebagai berikut :
1.Pekerja sosial mempunyai suatu kerangka yang dapat diterapkan pada berbagai situasi dan berbagai orang yang ada hubungannya dengan usaha perubahan. Pekerja sosial dengan lebih mudah dapat menganalisis usaha-usaha usaha-usaha perubahan yang dilaksanakannya, menentukan tujuan-tujuan dan relasi-relasinya dengan orang di dalam sitem tadi.
2.Kerangka tadi dapat membantu pekerja sosial untuk menentukan tugas-tugas yang harus diselesaikan di dalam usaha perubahan-perubahan. Kerangka ini dapat digunakan dalam berbagai usaha apapun dan sasarannya, misalnya ; seseorang yang mengalami gangguan emosional dan membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalah pribadi, suatu keluarga yang sedang mengalami konflik, atau suatu badan sosial yang tidak responsive terhadap kebutuhan yang dilayani. Kerangka tersebut juga dapat membantu pekerja sosial untuk melakukan tugas-tugas yang sama di dalam semua usaha perubahan, misalnya menciptakan kontrak dengan system klien potensial atau membentuk suatu sistem kegiatan. Kerangka ini selanjutnya membantu pekerja sosial untuk memahami dimana ia berada pada suatu ketika tertentu, kemana ia akan atau harus melangkah, tugas-tugas apa saja yang harus dilakukannya dan dalam urutan yang bagaimana ia harus melaksanakan tugas-tugas itu. Bila pekerja sosial memperoleh kejelasan mengenai tugas-tugas yang sama pada berbagai usaha, maka ia akan dapat mengkonsentrasikan diri pada unsur-unsur yang sifatnya unik dari setiap kegiatan dan keterampilan-keterampilan serta teknik yang diperlukan untuk menghadapi keunikan ini.
3.Kerangka sistem ini dapat menunjukan kepada pekerja sosial bahwa ia dapat menganggap semua orang yang meminta bantuan kepadanya sebagai sasaran utama intervensinya.
4.Kerangka ini dapat memperjelas bahwa tidak perlu menyimpulkan sesuatu bentuk sistem kegiatan tersebut merupakan sistem yang paling tepat untuk mengatasi masalah tertentu. Hanya setelah tujuan usaha perubahan ditentukan, pekerja sosial dapat merumuskan/memutuskan, apakah relasi individual secara wawan muka, relasi kelompok secara wawan muka, atau bentuk sistem kegiatan lainnya yang perlu dibentuknya. Berdasarkan pengalaman, banyak pekerja sosial yang telah menunjukan kekurangan dari masalah melalui penggunaan metode-metode case work, group work, dan community organization. Salah satu kekurangannya ialah bahwa metode-metode ini dapat mendorong pekerja sosial untuk secara otomatis memilih salah satu metode yang dihadapinya dan bukannya masalah yang menyebabkan digunakannya metode tertentu.
5. Pekerja Sosial akan mendorong utuk menyadari bahwa ia mempunyai fungsi pekerja sosial yang harus dilaksanakannya dan harus menciptakan relasi tidak hanya dengan klien tetapi juga orang-orang lain yang bukan klien. Kerangka ini juga membantu pekerja sosial untuk menyadari bahwa ia dapat mengalihkan pengetahuan dan Keterampilan-keterampilan yang diperolehnya dari suatu jenis sistem kepada sistem yang lain. Misalnya prinsip-prinsip dan keterampilan-keterampilan yang dipergunakan dalam wawancara untuk mengumpulkan informasi atau mempengaruhi orang yang dapat diterapkan dalam wawancara untuk tujuan lain, yaitu untuk klien yang membutuhkan bantuan guna menyelesaikan usaha-usaha pribadinya, seorang pemimpin nasyarakat, guru yang memperoleh kesulitan dengan anak didik atau keluarga anak didik. Beberapa diantara prinsip pembentukan kelompok dapat digunakan untuk membentuk suatu syitem kegiatan untuk tujuan penyuluhan kelompok (Group Counseling) atau kegiatan kemasyarakatan. Beberapa diantara pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang digunakan dalam sistem kegiatan kelompok. Pekerja sosial yang menghadapi berbagai jenis dan ukuran sistem tidak hanya mencari kesamaan-kesamaan dalam pengetahuan dan keterampilan-keterampilan tetapi juga perbedaan-perbedaan situasi yang memerlukan digunakannya teori-teori tertentu untuk memberikan pengaruh (misalnya teori belajar, psikologi ego, pembangunan masyarakat). Dan pengetahuan mengenai masalah tertentu,misalnya kelemahan ingatan, dan lanjut usia.
6.Tinjauan Pekerja sosial tentang pentingnya organisasi sebagai sistem yang terkait dengan perubahan sosial, menjadi lebih jelas. Dalam pekerjaan sosial dengan tiga metode, maka sistem organisasional ini kerap kali kurang terperhatikan dan biasanya hanya di bahas dalam kerangka administrasi. Organisasi kerapkali menjadi sasaran intervensi pekerja sosial dalam usaha mengatasi sesuatu masalah. Pekerja sosial harus memahami bagaimana ia harus menghadapi organisasi-organisasi ini seperti halnya kalau ia menghadapi perorangan, kelompok atau masyarakat.
7. Perlu diadakan perubahan pada Lembaga dimana pekerja sosial itu bekerja tidak hanya untuk kepentingan klien saja, tetapi juga untuk menjelaskan kepada pekerja sosial pelunya memahami proses perubahan lembaga-lembaga, baik dari dalam maupun dari luar.
8.Pentingnya sistem kegiatan sebagai sistem yang membantu pekerja sosial untuk mempengaruhi sasaran menyebabkan perlunya pekerja sosial untuk menjaga kelancaran jalannya sistem kegiatan ini.Pekerja sosial perlu sekali terus menerus mengadakan diagnosis mengenai bagaimana berfungsinya sistem kegiatan ini. Bila sistem ini kurang berfungsi seperti yang diharapkan pekerja sosial, maka ia harus dapat menentukan sebab-sebabnya, dan kalau perlu mengadakan perubahan-perubahan pada komposisi, ukuran, maupun prosedur oprasionalnya, misalnya suatu sistem kegiatan yang hubungan antar anggotanya selalu mengalami konflik-konflik ,atau seorang anak di -
panti asuhan yang harus menerima bimbingan dari berbagai jenis petugas, sedangkan diantara petugas tidak ada kesesuaian pendapat mengenai apa yang harus dibimbingkan. Dalam keadaan semacam ini dapat terjadi bahwa anaklah yang memanipulasi petugas untuk kepentingannya sendiri.
9.Pekerja Sosial dapat memahami secara lebih jelas relasi-relasi yang diciptakannya-
dengan sistem-sistem yang lain, baik relasi ini bersifat kolaboratif, tawar menawar
maupun konflik
Jadi seorang pekerja sosial yang menghadapi klien secara wawan muka dapat dibim - bing usahanya atas dasar nilai-nilai pekerjaan sosial tradisional, yaitu penghargaan akan hak klien untuk menentukan corak kehidupan sendiri, dan kejujuran. Tetapi bila sistem sasaran berada di luar sitem-sistem klien dan kegiatan, maka pekerja sosial dapat memilih manipulasi atau teknik-teknik lainnya yang ada hubungannya dengan nilai-nilai lain, asalkan ia percaya bahwa penggunaan teknik-teknik ini dapat mempengaruhi sistem sasaran sehingga klienlah yang pada akhirnya terbantu.
B.Jenis-jenis Sistem Dasar dalam Praktek Pekerjaan Sosial.
1.Jenis Sistem Dasar : Pekeja Sosial dalam aktifitas profesionalnya untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut (Zastrow,1999). Sebagai suatu aktifitas profesional pekerjaan sosial didasari oleh kerangka pengetahuan (body of knowlwdge), kerangka keahlian ( body of skills) dan kerangka nilai (body of values). Ketiga komponen ini dibentuk dan dikembangkan secara elektik dari beberapa ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi, atropologi, filsafat, politik, dan ekonomi. Nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan pekerjaan sosial dapat dilihat dari definisi pekerjaan sosial terbaru. Dalam Konferensi Dunia di Montreal Kanada Juli Tahun 2000, International Fedreation of Social Workers (IFSW) (Tan dan Envall) 2000 : 5 – mendefinisikan pekerjaan sosial sebagai berikut :”The social work profesion promotes problem solving in human relationships, social change, emprowerment and leberation as people, and the enhancement of spciety.Ultilizing theories of human behavior and sosial system, social work intervenes at the points where people interact with their environments.Principles of human right and social justice are fundamental to social work”.Profesi Pekerjaan Sosial mendorong pemecahan masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, perubahan sosial, pemberdayaan, dan pembebasan manusia, serta perbaikan masyarakat.Menggunakan teori-teori perilaku manusia dan system-sistem sosial, pekerjaan sosial melakukan intervensi pada titik (atau situasi) dimana orang berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan sosial sangat penting bagi pekerjaan sosial.
Kegiatan Pekerjaan Sosial dapat ditinjau dalam kaitannya dengan 4 (empat ) jenis –
Sistem Dasar, sebagai berikut :
a.Sistem Pelaksana Perubahan (change Agent System) ; Istiah ini mula-mula diguna -
kan oleh Ronal Lippitt, Jeane Watson,Bruce Westley dalam bukunya “The Dynamic of
planned change (New York :Harcourt, Brace & World,Inc,1958) : 12 – mereka menggunakan istilah ini untuk menunjukan sekelompok orang yang tugasnya memberi bantuan atas dasar keahlian yang berbeda-beda dan bekerja dengan system yang berbeda-beda ukurannya.Seorang Pekerja Sosial dapat dipandang sebagai pelaksana perubahan, sedangkan Badan-badan sosial Pemerintah, Swasta, merupakan suatu sistem pelaksana perubahan. Bila pekerja sosial ini menjalankan praktek umum, ia sendiri juga merupakan sistem pelaksana perubahan, kecuali kalau ia bekerja secara reguler pada pelaksana perubahan lainnya, misalnya psikolog klinis, dokter dan ahli hukum di dalam suatu organisasi yang sifatnya mencari keuntungan. Tuntutan dan pengaruh sistem pelaksana perubahan terhadap pelaksanaan perubahan adalah berbeda-beda tergantung dari niat untuk mengadakan perubahan itu, yaitu perubahan sistemnya sendiri dari dalam atau perubahan sistem yang tidak menjadi sistem sendiri. Perubahan terhadap sistemnya sendiri,misalnya pekerja sosial yang berusaha merubah prosedur –prosedur lembaga dimana ia bekerja.
b.Sistem Klien (The Client System) ; Istilah “sistem klien “ juga berasal dari Lippit,Waston dan Westley untuk menunjukan sistem yang memperoleh bantuan. Gagasan bahwa klien adalah setiap orang yang diharapkan menerima pelayanan dari pelaksana perubahan sudah digunakan sejak lama oleh pekerja sosial. Di dalam tulisan ini disebut sistem klien adalah perorangan, keluarga, kelompok, organisasi, atau masyarakat yang disamping menjadi penerima bantuan, juga merupakan sistem yang meminta bantuan dan terlibat dalam pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial sebagai seorang pelaksana perubahan.Pekerja sosial juga dapat berusaha untuk memperbesar sistem klien dengan jalan melibatkan anggota-anggota dari sistem yang lebih besar, misalnya pekerja sosial hanya menghadapi anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika pada setiap tahap pendahuluan, kemudian ia melibatkan pula orang tua, sauara-saudaranya, maupun teman-teman sekolahnya. Pekerja Sosial juga dapat mempersempit sistem klien dengan jalan melibatkan anggota-anggota dari sistem yang lebih besar, misalnya pekerja sosial hanya menghadapi anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika pada setiap tahap pendahuluan, kemudian ia melibatkan pula orang tua, saudara-saudaranya, maupun teman-teman sekolahnya. Pekerja Sosial juga dapat mempersempit system klien dengan jalan membatasi persetujuan kerja, misalnya seorang pekerja sosial yang bertugas disuatu lingkungan masyarakat tertentu pada mulanya melibatkan semua organisasi untuk perbaikan lingkungan, akhirnya ia mengambil keputusan untuk hanya bekerja dengan organisasi-organisasi yang mempunyai kemampuan untuk mengadakan perubahan. Secara singkat yang mempunyai kemampuan untuk dapat dijelaskan bahwa sistem klien adalah orang-orang yang telah memberikan kewenangan atau menerima untuk diberikan kewenangan, diharapkan menjadi penerima bantuan di dalam usaha perubahan, dan telah melibatkan diri melalui suatu persetujuan kerja atau kontrak dengan pekerja sosial.
c. Sistem sasaran (The Target System) ; Sistem sasaran adalah orang-orang yang dijadikan sasaran perubahan atau pengaruh agar tujuan dapat tercapai. Suatu tugas diagnostik seorang pekerja sosial, biasanya dengan bekerjasama bersama klien dalam menentukan tujuan-tujuan perubahan, dan kemudian menentukan orang-orang tertentu yaitu sasaran yang harus dirubah kalau tujuan ingin dicapai, misalnya seorang pekerja sosial yang bekerja disuatu lingkungan masyarakat tertentu telah diminta bantuannya untuk membantu kelompok warga masyarakat agar mengadakan perbaikan pada keadaan perumahan. Pekerja Sosial menyetujui permintaan ini dan bersama-sama kemudian menentukan beberapa sasaran, yaitu para pemilik rumah, petugas-petugas dari dinas perumahan, dinas kesehatan, dan sebagainya. Beberapa orang diantara sasaran ini dapat menyetujui perubahan, yang lainnya ragu-ragu atau menentang perubahan. Dalam situasi semacam ini ada dua pertimbangan utama ; (a) Sistem Klien tidak selamanya menjadi sasaran perubahan, dan (b) Sistem Sasaran tidak selamanya menentang usaha perubahan. Sistem ini dapat secara langsung menyetujui, merasa ragu-ragu atau menentang perubahan. Pekerja Sosial dapat bekerjasama dengan atau atas nama sistem klien. Ia dapat pula secara langsung intervensi terhadap sistem sasaran, misalnya pekerja sosial yang bekerja pada suatu rumah sakit jiwa dapat membantu seorang istri yang mengalami gangguan mental (sistem klien) dan suaminya yang sedang menganggur (sistem sasaran). Dalam menghadapi suami ini dapat terjadi akan adanya masalah-masalah yang diakibatkan oleh ketiadaan mata pencaharian, dimana suami tersebut dapat langsung menjadi klien dan dilibatkan dalam proses rehabilitasi keseluruhan.
d.Sistem Kegiatan (The Action System) : Istilah system kegiatan dipergunakan untuk menunjukan orang-orang yang bersama-sama dengan pekerja sosial berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas dan mencapai tujuan-tujuan usaha perubahan. Suatu sistem kegiatan dapat digunakan untuk memperoleh kewenangan dan persetujuan kerja atau kontrak, untuk menentukan dan menyelidiki suatu masalah, menciptakan tujuan-tujuan perubahan, atau mempengaruhi sasaran-sasaran utama bagi usaha perubahan. Dalam setiap situasi atau masalah, pekerja sosial dapat bekerja dengan beberapa sistem kegiatan yang berbeda-beda untuk menyelesaikan berbagai tugas dan mencapai beberapa jenis tujuan. Tujuan penggunaan suatu sistem kegiatan tertentu adalah untuk mempengaruhi orang-orang yang masih menjadi klien potensial agar beralih menjadi klien aktual, misalnya apabila seorang pekerja sosial pada suatu panti werdha diminta direktur lembaga ini agar mempengaruhi petugas untuk merubah sikap dan tingkahlaku mereka terhadap penghuni. Pada titik ini direktur tersebut menjadi sistem klien sedangkan para petugas adalah sistem sasaran. Dalam tugas ini pekerja sosial menganggap bahwa ia akan lebih mudah para petugas kalau mereka mengharapkan bantuan pekerja sosial, karena para petugas menjadi klien potensial, setelah itu pekerja sosial memerlukan direktur untuk berusaha bersama-sama mempengaruhi petugas agar menjadi klien aktual, jadi pekerja sosial bersama direktur menjadi sistem kegiatan. Suatu sistem kegiatan dapat juga dibentuk untuk menyelidiki dan mengumpulkan informasi mengenai suatu masalah. Seorang Pekerja Sosial dilingkungan masyarakat tertentu dapat membentuk suatu kelompok untuk menyelidiki kondisi-kondisi perumahan dilingkungan itu dan menentukan sasaran yang perlu dirubah. Suatu sistem kegiatan lainnya dapat dibentuk utuk menjalankan fungsi intake dari suatu badan sosial, misalnya ; suami-istri yang mengajukan permintaan untuk mengadopsi anak, dalam kontrak mereka pertama kali dengan badan sosial dapat diusahakan dalam bentuk pertemuan kelompok sehingga harapan-harapan dan prosedur-prosedur badan sosial serta perundang-undangan yang menyangkut adopsi tersebut dapat dijelaskan kepada kelompok suami istri tersebut. Disamping itu para suami istri ini juga memperoleh kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, perasaan-perasaan, dan keberatan-keberatan mereka.
2.Tugas Sistem Dasar dalam Praktek Pekerjaan Sosial
a.Tugas sebagai Pelaksana Perubahan ; pelaksana perubahan juga melaksanakan tugasnya atas dasar kewenangan, hambatan-hambatan, dan kesempatan-kesempatan yang berbeda, terutama kalau pekerja sosial berusaha untuk mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga atau sistem yang diusahakan perubahannya, maka pekerja sosial lebih mudah mempertahankan keobjektiannya dengan jalan bertindak sebagai wakil lembaganya sendiri dan juga profesinya. Bila pelaksana perubahan menganggap orang-orang dilembaganya sendiri sebagai sasaran perubahan dan berusaha merubah lembaga dari orang-orang tersebut serta aspirasi-aspirasi sendiri sehubungan dengan ketentraman kerja, kenaikan pangkat, serta jabatan. Disamping itu lembaganya sendiri mungkin tidak menganggap usahanya ini sebagai kegiatan yang sah. Namun demikian, pelaksana perubahan yang berusaha mengadakan perubahan sistemnya sendiri dari dalam mempunyai keuntungan-keuntungan pula dibandingkan kalau pelaksana perubahan dari luar sistem.Pekerja Sosial dengan mudah dapat menghubungi orang dilembaga dan memperoleh informasi yang diperlukannya untuk mengadakan perubahan-perubahan. Tidak jarang pula terjadi bahwa oraganisasi-oraganisasi tertentu mempekerjakan pelaksana-pelaksana perubahan khusus untuk tujuan mengadakan perubahan pada organisasi itu, misalnya agar organisasi itu tetap relevan pelayanannya, meningkatkan kreatifitas dan produktifitas organisasi, serta mengadakan penyesuaian terhadap perubahan situasi.
b.Tugas sebagai Sistem Klien ; Terutama bila pekerja sosial menghadapi klien-klien potensial, maka salah satu tugas yang penting adalah mempengaruhi klien-klien potensial agar dapat menjadi klien actual. Dengan demikian kewenangan akan beralih secara langsung pada orang yang meminta bantuan. Tugas ini tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Bila peralihan kewenangan ini tidak mungkin, maka pekerja sosial harus menyadari bahwa ia tidak dapat menciptakan relasi yang benar-benar kolaboratif dan karenanya ia harus berusaha untuk menyususn strategi-strategi lainnya.
c.Tugas sebagai Sistem Sasaran ; Pekerja Sosial dapat menghadapi beberapa sasaran untuk mencapai berbagai tujuan. Relasi-relasi yang diciptakannya dengan berbagai sitem sasaran ini, dan tugas-tugas yang dilaksanakannya akan tergantung dari bebrapa faktor, yaitu ; (1) Tujuan yang akan dicapai,(2) Pemisahan atau pertindihan sistem-sistem klien, sasaran , dan pelaksana perubhan,(3) Persepsi sistem-sistem ini terhadap usaha-usaha perubahan yang dilakukan oleh pekerja sosial, dan (4) Reaksi-reaksi mereka terhadap usaha perubahan.
d.Tugas sebagai Sistem Kegiatan ; Dalam hal tertentu pekerja sosial dapat membentuk lebih dari satu sistem kegiatan pada waktu yang sama untuk memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap sasaran perubahan, misalnya pekerja sosial yang berusaha membantu perbaikan kondisi perumahan yang dapat membentuk sistem-sistem kegiatan dengan Kepala Desa, Camat, Anggota DPR setempat, Wartawan dan lain sebagainya. Tergantung situasinya, maka suatu sistem kegiatan dapat berupa ;(1)Suatu sistem baru yang diciptakan oleh pekerja sosial dengan harapan bahwa anggota-anggota sistem akan mengadakan interaksi satu sama lain, misalnya pekerja sosial di suatu panti asuhan dapat membentuk suatu kelompok anak asuh untuk merencanakan kegiatan dan program, atau memberikan saran-saran kepada petugas lain yang bekerja di panti asuhan itu,(2) Suatu sistem yang sudah ada, misalnya kelompok remaja yang telah ada (karang taruna) disuatu lingkungan masyarakat,(3) Beberapa orang yang pada suatu waktu tertentu tidak terlibat dalam suatu interaksi tetapi yang kemudian dikoordinasi oleh pekerja sosial dan bersama-sama dengan pekerja sosial berusaha untuk merubah suatu sasaran demi kepentingan klien, misalnya pekerja sosial yang membantu anak atau orang yang dikenakan hukuman bersyarat dapat mengkoordinasikan pegawai kantor sosial, pelatih-pelatih pada suatu pusat latihan kerja, dan mungkin yang lain lagi untuk bersama-sama membantu anak atau orang yang menjadi klien.
Dalam kasus-kasus tertentu, mungkin pekerja sosial hanya bekerja dengan satu sistem kegiatan dalam keseluruhan proses perubahan, misalnya kalau pekerja sosial membantu suami istri yang tidak mempunyai anak atau menyelesaikan masalah perkawinan mereka, maka pekerja sosial hanya akan menghadapi suami istri dalam keseluruhan proses. Dalam kasus ini suami istri tersebut menjadi sistem sasaran, dan bersama-sama dengan pekerja sosial, juga menjadi sistem kegiatan.
3.Tujuan yang diinginkan oleh Sistem-sistem
Tujuan dalam bentuk hasil (Outcame goal) adalah suatu keadaan yang diharapkan, atau menurut Robert Vinter adalah suatu Spesifikasi mengenai kondisi yang diinginkan orang dalam suatu situasi pada akhir suatu usaha perubahan berencana yang berhasil ( Robert D Vinter, Reading in Group Work Practice ( Ann Arbor, Mich : Campus Publishers, 1967) : 13. Oleh karena sistem klien merupakan unsur utama untuk menentukan tujuan pekerja sosial. Tetapi hasil yang diharapkan klien ini tidak ditinjau sebagai sesuatu yang terpisahkan dan berdiri sendiri. Hasilhasil ini harus difahami dalam hubungannya dengan hasil-hasil yang juga diharapkan oleh sistem lainnya. Dapat tidaknya hasil yang diharapkan klien ini sebagaian besar tergantung dari bentuk kerjasama yang diperoleh pekerja sosial dari sistem-sistem lainnya. Hakekat relasi yang diciptakan pekerja sosial (kolaboratif, tawar menawar,dan konflik) akan tergantung dari kesamaan pendapat mengenai tujuan dalam bentuk hasil ini dari sistem-sistem yang terlibat dalam usaha perubahan.
a.Tujuan Sistem Klien ; seorang pekerja sosial tidak akan banyak memperoleh kejelasan akan tujuan usahanya kalau tidak diusahakan persetujuan mengenai hasil-hasil yang akan dicapai bersama dengan sistem klien,walaupun hasil-hasil ini mungkin sudah dicantumkan dalam kontak diantara pekerja sosial dan klien, tetapi hasil yang telah disetujui ini tidak statis sifatnya. Hasil-hasil yang menjadi tujuan ini dapat mengalami perubahan kalau ;(1) Informasi-informasi baru dapat diketahui atau diperoleh,(2) Muncul aspek-aspek baru dari masalah yang dihadapi,(3) Pemecahan masalah tertentu mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru,(4) Hasil yang ditentukan sebelumnya tidak dapat dicapai dan perlu ditentukan hasil-hasil yang baru.
Bila tujuan dalam bentuk hasil yang dicapai ini berubah, maka tujuan pekerja sosial juga mengalami perubahan. Bila perubahan pada hasil ini sedemikian besarnya maka diperlukan adanya pembicaraan kembali mengenai kontrak diantara pekerja sosial dan klien. Bila hasil dapat ditentukan secara spesifik, maka hal ini akan memudahkan pekerja sosial untuk memperjelas tujuan usahanya, bila perlu pekerja sosial harus membantu klien untuk merumuskan tujunnya secara nyata.Contoh-contoh tujuan dalam bentuk hasil adalah : ansensi yang terjadi disuatu sekolah ( sistem klien adalah sekolah); menentukan pekerjaan sambilan ( sistem klien adalah seorang remaja); memperoleh dana untuk mendirikan tempat-tempat permainan bagi anak-anak (sistem klien adalah suatu organisasi kemasyarakatan).
b.Tujuan Sistem Kegiatan ; Bila sistem kegiatan yang beranggotakan orang-orang yang diajak bekerjasama oleh pekerja sosial selama usaha perubahan, terpisah dari sistem klien, maka hasilhasil yang diharapkan oleh sistem kegiatan ini harus dipertimbangkan. Walaupun kerjasama angota-anggota sistem kegiatan dapat diperoleh secara mudah kalau mereka mendukung pencapaian hasil-hasil yang diharapkan klien, tetapi partisipasi merka juga diarahkan untuk pencapaian mibat-minat atau tujuan-tujuan mereka sendiri misalnya pekerja sosial yang membantu para urbanisan agar memperoleh pekerjaan di suatu kota tertentu. Dalam usaha ini pekerja sosial memperoleh bantuan dari usahawan atau industriawan. Bantuan ini sebenarnya tidak hanya dimaksudkan untuk membantu para urbanisan itu saja, sebab mungkin ada tujuan-tujuan lain yang lebih besar dan diinginkan oleh para usahawan atau industriawan itu, misalnya tujuan promosi usaha atau hasil industrinya. Dalam kasus ini walaupun hasil yang diinginkan klien dan sistem kegiatan berbeda, namun keduanya saling membantu. Bila hasil yang diharapkan kedua sistem ini saling konflik dan anggota sistem kegiatan menginginkan tercapai hasil yang diharapkannya dengan merugikan klien, maka pekerja sosial dapat menggunakan pengaruhnya agar sistem kegiatan dapat mendukung sistem klien.
c.Tujuan Sistem Sasaran ; Sistem sasaran dapat sama dan bisa juga berbeda dengan sistem klien. Bila sistem sasaran berbeda di luar sistem klien, maka sistem sasaran ini dapat menyetujui ataupun menolak hasil yang diharapkan sistem klien. Jenis relasi yang dibentuk pekerja sosial dan strategi yang digunakannya dipengaruhi oleh bagaimana sistem sasaran ini memandang hasil yang diharapkan klien ini, yaitu apakah dapat membantu minat-minat mereka, beban tanggung jawab yang mereka terima, dan konflik tidaknya dengan tujuan yang mereka harapkan.
d.Tujuan Sistem Pelaksana perubahan; Setiap badan sosial kerapkali mengembangkan sasaran pelayanannya. Badan Sosial ini dapat mengkonsentrasikan diri pada : (1) Suatu kelompok populasi,misalnya anak terlantar atau lanjut usia, (2) Suatau Bidang Permasalahan, misalnya kelemahan ingatan, atau (3) Suatau lingkungan geografis tertentu, misalnya suatu desa atau lingkungan tertentu.
Badan Sosial ini juga dapat menentukan tujuan spesifik sehubungan dengan fokus pelayanan, misalnya perbaikan kondisi-kondisi perumahan disuatu masyarakat tertentu, atau mengurangi jumlah lanjut usia yang dirawat dirumah sakit. Tujuan dalam bentuk hasil semacam ini, yang kerapkali juga merupakan kebijaksanaan badan sosial itu, akan mempengaruhi tugas pekerja sosial.
Dalam situasi tertentu pekerja sosial dapat saja mencari dan memulai kontrak dengan suatu sistem klien potensial, misalnya kelompok remaja nakal, seorang ibu yang dicurigai menelantarkan anaknya, atau menyewa rumah yang sengaja meruksak rumah yang disewa. Dalam situasi semacam ini sebenarnya tidak ada sistem klien, kecuali masyarakat dalam arti luas. Oleh karena itu tujuan badan sosial ( misalnya mengurangi terjadinya tingkah laku kenakalan diantara remaja, atau perbaikan kondisi perumahan) akan merupakan pedoman bagi penentuan tujuan pekerja sosial.Pekerja sosial sendiri mungkin juga mempunyai tujuan yang ditentukan sendiri secara pribadi, mungkin ia mempunyai minat untuk mengembangkan keahlian dalam suatu pendekatan penyembuhan tertentu dan memilih kasus-kasus yang berhubungan dengan minatnya ini. Seorang pekerja sosial yang sangat berpengalaman dalam aksi mungkin menggunakan suatu kasus untuk mendramatisasi suatu masalah. Dalam hubungan ini mungkin pekerja sosial tidak boleh dicapai dengan merugikan tujuan klien.
Pekerja Sosial merupakan perpaduan antara kepribadian, nilai-nilai, dan bakat-bakat, seorang pekerja sosial tidak hanya menggunkan berbagai relasi saja, tetapi juga harus merubah dan mengintegrasikan relasi-relasi ke dalam gaya kehidupannya, artinya menjadikan relasi-relasi tersebut sebagian dari kehidupannya sendiri.
Tdak sedikit pekerja sosial yang merasa ketentraman dalam situasi konflik,sedangkan yang lain lebih tertarik untuk berada dalam suatu kerangka kolaboratif, sedangkan yang lain mungkin tidak. Seorang pekerja sosial yang membantasi dirinya hanya pada penggunaan satu jenis relasi saja juga membatasi kemampuannya untuk membantu klien-kliennya, karena tujuan perubahan memerlukan digunakannya berbagai jenis relasi.
Dalam membantu individu, kelompok ataupun masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan keberfungsian sosial, pekerja sosial menggunakan sistem dasar pekerjaan sosial dalam mengidentifikasi dan menganalisis baik permasalahan, kegiatan, ataupun sasarannya dengan cara dipetakan atau digantikan serta menggunakan cara kolaboratif. Sebagai Tools if Identification atau Tools of Analysis, jenis sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial terbagi dalam sistem dasar pelaksana peruahan, sistem klien, sistem sasaran, dan sistem kegiatan.
Atas dasar pengertian tentang sistem maka ditemukan beberapa implikasi ; pertama ialah kewenangan pekerja sosial untuk terlibat dalam usaha perubahan, sehubungan dengan itu dapat diutarakan dua jenis kewenangan, yaitu ;(a) Kewenangan yang memberikan hak atau kesepakatan bagi pekerja sosial untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan memberikan pengakuan akan kompetensinya. Kewenangan ini berasal dari profesi pekerja sosial, dan dalam hal-hal tertentu juga berasal dari undang-undang, (b) Kewenangan yang memberikan hak kepada pekerja sosial untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu untuk kepentingan atau atas nama klien. Kewenangan ini berasal dari klien sendiri kalau klien sendiri secara sukarela meminta bantuan kepada pekerja sosial.
Pekerja sosial dalam praktek pekerjaan sosial diharapkan terlebih dahulu mengetahui sistem-sistem dasar apa saja yang bisa dipakai dalam membantu individu, kelompok dan masyarakat baik itu dalam mengidentifikasi masalah ataupun dalam menganalisis permasalahan , agar mereka mau dan mampu melaksanakan keberfungsian sosialnya.Jadi pekerja sosial pada dasarnya harus mengetahui Hakekat Sistem dasar, Klasifikasi Sistem dasar, Jenis-jenis Sistem dasar,Tugas-tugas Sistem dasar, serta Tujuan-tujuan sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial, sehingga pekerja sosial diharapkan memiliki pemahaman yang komprehensif, dan membekali pekerja sosial dalam melaksanakan tugasnya.Serta membantu pekerja sosial untuk mengatahui cara berelasi dan berkolaborasi dalam perubahan yang diinginkan oleh klien dalam praktek pekerjaan sosial.
Agar dalam praktek pekerjaan sosial berjalan secara lancar, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanannya, anatara lain adalah Sumber Daya Manusia (SDM) dari pekerja sosialnya, yang seperti kita ketahui sangat hetrogen (terutama latar belakang pendidikannya), disamping sarana dan prasarana juga harus diperhatikandalam praktek pekerjaan sosial, serta adanya kebijakan yang dapat mendukung pada saat pekerja sosial memberikan bantuan pelayanan sosial, serta pada saat praktek pekerjaan sosial, baik itu untuk individu, kelompok dan masyarakat dalam praktek mikro, meso dan makro, apakah itu pada tahap awal, pelaksanaan kegiatan ataupun pada pengakhiran suatu kegiatan pelayanan sosial, agar klien mau dan mampu berfungsi sosial kembali.
Makasar, 2010
Penulis
Dra. Yani Aryani Setiawati,MSi
Widyaiswara Muda – BBPPKS Makasar
. Daftar Pustaka:
1.Albert R Roberts & Gilbert J Grene ”Social Workers Desk Reference”- Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1- Penyunting Drs. Juda Damanik & Cynthia Pattiasina,MSW,MPIA –PT.BPK.Gunung Mulia, Tahun 2008.
2.Banks,Sarah (1995) : Ethis and Values in Social Work , London : Macmillan Press,LTD
3.Barker,Robert L (1999) : The Social Work Dictionary,4th edition,Washington,DC,NASW Press.
4.Coleman,William James & Cressey R Donald (1994),Social Problem, Second Edition,New York : Harper & Row Publishers.
5.Compton,Beulah and R.Galaway,Burt(1989) :Social Work Processes, Belmont,California,Wadswortn Publishing Company,Page: 144-667.
6.DuBois,Brenda & Miley Krugsrud Karla (2005), Social Work An Empowering Profesion Ftfth Edition, New York : MacMillan.
7.Edi Suharto, “Pekerjaan Sosal di Dunia Industri”,PT.Refika Aditama, Tahun 2007.
8.Heffernan,Joseph and Shuttleswonh,Guy and Ambrosino,Rosalie (1997) : Social -
Work and Social Welfare An Introduction,Third edition,Austin,West Publishing
Company.
9. Hepworth,Dean H and Larson,Jo Ann(1993) : Direct Social Work Practice ; Theory and Skills,Pasific Grove,California : Brooks Cole Publishing Company. Page 30-39.
10.Latridis, Demetrius,(1994) : Social Policy Institutional Context of Social Development and Human Services, Bostom College, California Brooks/Cole Publishing Company Pacific Grove.
11.Morales,Armando and Sheaford,Bradford W (1983) :Social Work a Profession of Many Faces,Boston :Allyn and Bacon Inc.
12.Northen,Helen & Kyrland, Roselle (2001), Social Work with Group third Edition, Columbia : Columbia University Press.
13.Ife, Jimes William,(2002) : Community Development,community based alternatives in an age of globalization,2nd edition Pearson Education Australia Pty Limited.
14.Iskandar,Jusman (1992) : Filsafat dan Etika Pekerjaan Sosial,Bandung,Kopma STKS.
15.Pincus,Allen, and Minahan,Anne,(1973) : Social Work Model and Method.Tasca.Illinois.F.E.Peacock.Co.
16.Parson,R.L,Jorgesen,J.D and Hernande,S.H,(1994) : The Integratior of Social Work Practice,California: Brook’s/Cole Publishing Company.
17.Schatz, Harry A,(1970) : Social Work Administration A Reseource Book,New York,Council on Social Work Education.
18.Serafica, de Leonora-Guzman ,(1983) :Fundamentals as Social work, Manila,School of Assosiation of The Philippines.
19.Soetarso, “ Praktek Pekerjaan Sosial “.Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosal, bandung, Tahun 1995.